SASTRI, Purwokerto – Ahad, 25 Maret 2018 Komunitas Pondok Pena Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto melaksanakan kegiatan Blak-blakkan Sastra untuk Tanah Air (Blakasuta) perdana di tahun ini.
Blakasuta ke 8 mengusung tema “Menguatkan tradisi menulis di pesantren”. Hal ini selaras dengan tujuan dilaksanakannya kegiatan yaitu untuk menggeliatkan ghirah berkarya bagi penulis muda Banyumas serta seluruh santri Pesma An Najah sehingga menjadikan kegiatan menulis sebagai kebutuhan di setiap individu.
Kegiatan kali ini dikemas dalam bentuk bedah buku sekumpulan puisi yang berjudul “Masa Lalu Terjatuh ke Dalam Senyumanmu” karya Kedung Darma Romansha. Dia merupakan salah satu penyair nasional dengan dengan segudang karya. Selain sebagai penyair, Kedung juga aktif di dalam dunia seni peran. Dia telah berhasil memainkan beberapa peran seperti dalam film Habibi dan Ainun, Sang Kyai, Mata Tertutup dan lainnya.
Sedangkan untuk pembedahnya adalah seorang penyair muda nasional dan sempat mendapat penganugerhan sebagai mahasiswa penulis teraktif di media masa versi Apresiasi Pendidikan Islam (API) dari Menag RI dan Menristek Dikti yakni Penyair Irna Novia Damayanti. Untuk moderator sendiri di bawakan oleh Ketua Komunitas Pondok Pena yaitu Rima Dwi Oktiana.
Acara Blakasuta ke 8 di buka oleh pengasuh Pesantren Mahasiswa An Najah Dr. KH. Moh. Roqib, M.Ag. Beliau menyampaikan sambutan dengan guyonan khas seperti ketika menyebutkan nama sang penulis buku yang sulit untuk dieja. Setelah itu, beliau menyampaikan pendapatnya tentang salah satu kata yang terdapat dalam judul buku yaitu kata masa lalu.
“Masa lalu itu berhubungan dengan masa depan seseorang, apakah dia akan mendapatkan Madesu (masa depan suram) atau Madecer (masa depan cerah) dilihat dari masa lalunya. Kesuksesan dapat di nilai dari seberapa besar seseorang berjuang di masa lalu dalam menghadapi tantangan yang sering di sebut dengan nama lain sebagai sebuah cobaan”. Ungkapnya. Apa yang di sampaikan beliau menjadi sebuah pelajaran baru bahwa masa lalu dengan berbagai rintangan bisa dijadikan media untuk bangkit dan meraih masa depan yang baik.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan bedah buku karya Kedung Darma Romansha. Acara awal di pandu oleh Rima Dwi Oktiana selaku moderator yang mempersilahkan sang pembedah menyampaikan hasil pemikirannya. Menurut Irna Novia Damayanti, kata masa lalu memiliki arti suatu masa yang menjadi kenangan yang tidak lagi bisa diubah dan hanya bisa di ingat ketika pikiran dan perasaan memanggilnya. Penggunaan diksi yang di ulang memiliki maksud untuk mengupas tuntas masalah, lagi pula ayat-ayat dalam Al Qur’an juga banyak kalimat yang diucap ulang seperti kalimat “sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan”.
Selanjutnya adalah sebuah pemaparan buku oleh sang penulis Kedung Darma Romansha. Alasan mengapa menggunakan kata “Masa Lalu” karena memiliki sebuah pemaknaan yang dalam. Menurutnya setiap jiwa itu terbentuk dari rangkaian masa lalu. Seorang manusia akan belajar sejak dia di lahirkan tanpa pernah bisa menghapus yang bernama kenangan.
“Masa lalu sering dilihat sebagai sesuatu yang menyedihkan dan suram, namun melalui buku ini masa lalu memiliki wajah baru yaitu masa lalu yang menciptakan senyuman ketika mengenangnya. Untuk masa lalu yang seperti itu maka kita harus melewati proses jatuh dan berjuang untuk tegak kembali dengan tetap tersenyum”. Jelas Kedung. Dengan itu penulis memiliki tujuan untuk membawa orang lain merasakan masa lalunya dengan warna lain yaitu sebuah senyuman.
Kegiatan Blakasuta ke 8 di lanjutkan dengan sesi pertanyaan. Salah satu penjelasan menarik adalah ketika penulis menceritakan sedikit potongan perjalanannya di dalam dunia sastra. Kecintaannya terhadap sastra dimulai dari hal kecil, yaitu dari sebuah motovasi untuk memenangkan sebuah tantangan temannya untuk membuat sebuah puisi. Dari hal kecil ini Kedung Darma Romansha yang pada awalnya tidak tertarik dengan sastra mampu memotivasi diri untuk belajar sastra dari level paling dasar.
Hasilnya adalah seorang penyair muda yang memiliki banyak karya. Dari penuturan di atas dapat menjadi sebuah pelajaran bahwa seseorang akan berubah sesuai dengan adanya motivasi dan tekad untuk mencapai sesuatu tanpa menilai dari apa dan siapa yang melaksanakannya.
Blakasuta turut diramaikan oleh penampilan drama musikal kreatif dari Osma An Najah Kreatif dan Dramatisasi Puisi oleh Komunitas Pondok Pena. Kemudian acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Dengan adanya Blakasuta Ke 8 diharapkan seluruh elemen yang ikut serta dalam kegiatan ini mendapatkan banyak pelajaran yang dapat di jadikan sebagai motivasi diri untuk lebih konsisten dan belajar mengenal sastra lebih dalam. (Diana N: aktif di Komunitas Pondok Pena)