Menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang membanggakan, terutama bagi kamu yang ternyata diterima di kampus yang memang di idam-idamkan. Bagi yang diterima karena terpaksa (karena tidak diterima dimana-pun), selamat juga yah… hahaha..
Nah, jika kamu mahasiswa baru atau MaBa, maka akan banyak kalimat-kalimat yang akan sering di dengar, terutama ketika waktu Ospek. Kalimat yang dulu menurutku sangat luar biasa yang di dengungkan oleh para kakak peng-Ospek yang kejam. Kejam telah membuat kita sengsara dengan seabreg tugas dan tuntutan. Gile bener, kaya pacar aja banyak tuntutannya..
Ketika Maba, aku-pun heran dari mana para kakak peng-Ospek bisa mengutarakan kata-kata yang menurutku sangat memukau itu, apalagi kami para cewek, kadang dibuat klepek-kleek karena mereka terlihat sangat cerdas. Entahlah, mereka yang sangat cerdas atau aku yang sangat bodoh ketika Maba
Agen Of Change
Ketika pembukaan Ospek hari pertama-ku kuliah, kata ini sudah di gaungkan oleh presiden mahasiswa kampusku. “Mahasiswa adalah agen of change” serunya dalam mimbar sambutan dengan menggelegar ibarat orator era 98’an. Kata itu bagiku sangat asing, sekaligus otaku bertanya, apakah memang sehebat itu nantinya kalau sudah jadi mahasiswa?
Entah kenapa, ketika masih Ospek rasanya kok kaya masih belum mahasiswa gitu. Ingin buru-buru selesaikan Ospek dan memulai perkuliahan, karena aku penasaran bagaimana dosen mengajar, apakah beda dengan model pengajaran oleh guru ketika aku masih SMA dulu
Kalimat “agen of change” ini berkali-kali dilontarkan oleh para senior mahasiswa kampusku yang meng-Ospek. Entah ada kesepakatan apa sehingga semuanya mendengungkan kata itu, mulai dari Presma, Ketua Ospek, Pendamping Kelompok, Sampai rektor-pun demikian.
Agen Of Social Control
Kata kedua ini juga baru ku dengar ketika menjadi mahasiswa, pas Opsek kata ini sudah mulai digunakan meski tak seheboh kata Ageng Of Change. Lagi-lagi aku hanya memutar otak, apakah iya mahasiswa bisa melakukan kontrol sosial? bagaimana caranya coba?
Namun, naluri kewanitaanku lagi-lagi membuatku terpesona dengan kakak senior yang mendengungkan kalimat ini, terlihat sangat cerdas pikirku. Walaupun dalam otak kecil-ku aku berfikir, bahwa mereka terlihat hebat karena lebih duluan kuliah aja. Tidak lebih
Lagu Buruh Tani
Mengenai lagu, ada lagu yang wajib dihafalkan ketika Ospek, yaitu lagu buruh tani. Aku baru pernah mendengar lagu seperti ini. Bagiku, lagu buruh tani itu “Perjuangan Banget”. Hati ini serasa “gimana banget” kalau lagi nyanyiin lagu ini, namun sekaligus seolah tugas mahasiswa itu berat banget. Banyak tugas menolong rakyat yang harus ku pikul. Padahal memikul beban badan sendiri saja sudah susah, bagaimana mau memikul rakyat
Kakak senior yang pada ngOspek notabenya mahasiswa aktivis kampus, membuatku bertanya : apakah mereka memang se-serius itu dalam kuliah? mereka kuliah apa pejuang sih? sampai-sampai memikirkan rakyat banget kaya presiden dan DPR aja.
Tanda tanya-ku pun semakin besar, Aku mahasiswa Psikologi, bagaimana cara-ku menolong rakyat yang busung lapar itu?
Hidup Mahasiswa
Kata ini adalah selogan wajib yang selalu digelorakan oleh peng-Ospek. Entah sebab apa dahulunya, namun seolah-olah mahasiswa itu yang paling keren banget. Namun, aku sangat antusias jika salam ini di gaungkan
Selain salam “Hidup Mahasiswa”, aku juga mendengar ada “Sumpah Mahaiswa” yang ketika itu membuatku sangat W.O.W sekaligus takut. Takut karena jadi mahasiswa kok berat banget rasanya. Perjuangan banget sepertinya, dan bahwa rakyat adalah yang paling utama
Setelah Ospek selesai, ternyata kata itu menghilang secara perlahan…dan aku kehilangan nilai idealis tersebut. Baru aku tahu bahwa itu hanya nilai idealis dalam sebuah ceremonial sebuah kegiatan Ospek
betul sekali… sepakat sama mba dina…
cocok mas….