Deritanya tiada henti
Pembelajaran dan tugas kuliah sangat erat kaitannya, karena tugas kuliah adalah sebagai salah satu alat ukur pencapaian hasil belajar tiap semesternya. Tetapi lain cerita dengan tugas kuliah yang tak terhingga jumlahnya.
Namun, sebelum kita membahas tugas-tugas kuliah yang menumpuk seperti cucian piring mahasiswa kost-kostan, sedikit kita intip dulu proses pembelajarannya.
Di salah satu kampus di kota Purwokerto, sebut saja inisialnya IAIN, program pembelajaran yang diterapkan terbilang sudah modern. Karena sudah menerapkan sistem rolling untuk pembagian ruangan pada setiap pergantian mata kuliah. Kemudian, adapun program unggulanya adalah kuliah outdoor, yaitu kuliah di luar kelas.
Ini yang paling menarik, karena di sistem pembelajaran masa kini, terutama di sekolah dasar atau sekolah menengah pertama di Indonesia, sistem pembelajaran outdoor sedang naik daun. Di kampus IAIN, biasanya faktor utama pendukung kuliah outdoor adalah dosen kece yang anti mainstream, atau faktor lain penyebabnya adalah jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tersebut terlalu banyak sehingga beberapa jadwal mata kuliah terkadang tidak mendapat ruang kelas. Maka selain ruang laboratorium komputer yang dijadikan ruang kuliah alternatif, gazebo juga merupakan tempat eksodus proses perkuliahan.
Kembali ke tugas kuliah unlimited, kenapa dipilih istilah unlimited, padahal tiap mata kuliah paling satu minggu satu tugas. Unlimited akan pas digunakan jika perhitungannya seperti ini:
Jika tugas tersebut dikalikan dengan sks yang ditempuh, ditambah dengan mayoritas mahasiswa adalah santri, yang notabene mempunyai tugas-tugas lain di luar perkuliahan, ini adalah sebuah ketidakterbatasan kemampuan mahasiswa. Apalagi jika kita berbicara mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi, tugasnya akan lebih berat. Karena seorang aktifis harus dapat menunjukan kemampuan yang dia dapat untuk diterapkan di masyarakat.
Tugas kuliah pun bervariasi macamnya, mulai dari makalah, resume, review, presentasi, tugas copy-paste dan masih banyak lagi.
Jika semua tugas tersebut dikerjakan dengan baik, hampir tak ada waktu untuk pacaran dan halan-halan. Tapi walaupun begitu, kenyataanya mahasiswa yang seperti super seiya ini masih mampu untuk halan-halan dan upload foto bersama pacar tersayang. Lalu bagaimana nasib tugas mereka? Pastinya jadi menumpuk dan akhirnya tidak dikerjakan dengan maksimal.
Mahasiswa yang menjadi aktifis organisasi, waktunya tersita banyak untuk membuat sebuah acara-acara semacam seminar. Sampai-sampai lupa meluangkan waktu untuk baca buku karena saking sibuknya, pastinya tugasnya akan menumpuk di meja kamar dengan debu setebal tiga centimeter.
Dari fenomena seperti ini, memang perlu adanya penyikapan yang bijak antara mahasiswa dengan dosen, terkait dengan kuliah outdoor dan tugas kuliah yang unlimited seperti paketan internet. Dosen juga harus mulai mencari terobosan baru terkait substansi tugas yang ternyata kadang meleset dari tujuan. Selain itu, mahasiswa yang jadi aktifis pun harus bijak membuat kegiatan agar tidak melupakan bahwa dia meninggalkan tugas kuliah.
Dan satu lagi, mahasiswa yang suka halan-halan dan pacaran pun jangan lupa bahwa tugas kuliah itu bukan baju kotor yang nunggu banyak dulu baru dicuci.
Di kampus istimewa seperti yang saya sebutkan inisialnya di atas tadi, beberapa tahun belakangan, ada dosen baru yang kece-kece dan muda-muda, semangatnya pun muda. Dan pertanyaan yang sering keluar kepada dosen laki-laki muda baru ini adalah “bapak sudah menikah?”. Nah ini, akhirnya ada sesuatu yang bisa membuat dosen tersebut berpikir keras.
Saat ini, semakin banyak dosen baru yang lebih mengedepankan substansi tugas, ketimbang tugas konvensional seperti yang lalu-lalu.
Pernah juga mahasiswa bercerita bahwa tugas dan soal ujian tengah semesternya hanya sebatas pertanyaan, “kamu ingin nilai seperti apa?, Dan sebutkan alasanya”.
Soal seperti ini hanya bisa keluar dari hati seorang dosen yang anti mainstream dan nyeleneh. Sebuah pertanyaan membingungkan. Ya, seperti jadwal kuliah yang sering berganti seiring bergantinya hari karena tidak kebagian ruang kelas.
Semoga mahasiswa yang nasibnya sesuai dengan tulisan ini diberikan kemudahan dalam mengerjakan tugas kuliah yang semakin banyak dan masalah percintaannya yang membuat tugasnya tak pernah selesai dikerjakan seperti perjalanan cinta jenderal Tienfeng dalam kisah kera sakti. Semoga.