Negeri Kaya apa Miskin Sih – Jika anda seorang yang visioner untuk memikirkan tentang problematika bangsa. Maka anda butuh merogok kocek yang besar. Apalagi jika mahasiswa, lebih baik urungkan niat anda, kecuali anda menginginkan tidak bisa membeli rokok selama setahun dan karir anda berantakan. Karena buruh bergelas-gelas kopi, gorengan hangat, snack, rokok, ratusan lawan diskusi, dan parahnya adalah butuh tahun-tahun yang banyak
Entah kapan problematika bangsa akan selesai, itulah jawaban pastinya. Loh kok gitu jawabanya? karena ketidak-pastian adalah jawaban pastinya.
Hari ini, aku masih menjadi mahasiswa. Yah, mahasiswa yang bermain dalam lingkar sebuah organisasi. Kadang gila merasuk dalam kepalaku, seperti : apakah aku cukup cerdas untuk merubah bangsa? Apakah aku mampu menjadi seorang pemimpin nantinya? Dan segudang ditambah gudang tetangga untuk menampung pikiranku yang sering gila
Namun nyatanya, sudah 11 semester, kuliahku malah jadi tidak selesai-selesai, masa depanku-pun semakin tidak jelas, harapan S-2 dalam waktu dekat terpaksa di tunda karena baju toga belum ku pakai sampai hari ini.
Itu baru masalah memikirkan saja, lantas jika mempraktekan? Buruh berapa tahun untuk merealisasikan? Kalau kepalaku sedang gila, aku hanya berfikir bahwa : persetan dengan kapan waktu perubahan itu akan terjadi, tapi pastikan bahwa aku akan memberikan pesan idialis untuk bangsa ini. Jika pesan idealku tak mampu direalisasikan olehku, maka pastilah anaku akan mewarisi semangat-ku. Jika anaku tak mampu, maka masih banyak cucu-ku yang melanjutkan
Ideal apa sih yang akan kau pikirkan zen? Entahlah… aku hanya berfikir bahwa: mengurus negara itu tidak sebecanda itu..
Aku hanya meyakini bahwa : “hanya orang yang berani berfikir gila yang akan menjadi orang yang luar biasa”. Itu hanya hasil kontemplasi kepala bodohku, bahawa dahulu mungkin orang menganggap gila si-Thomas Alva Edison yang membuat lampu pijar. Coba bayangkan jika dahulu belum ada lampu si-Thomas berujar : “akan ku buat botol Kratingdeng akan menyala”. Pasti yang mendengar menganggap si-Thomas cah gemblung. Tapi nyatanya? Setelah seribu kali mencoba, dia bisa membuat sebuah tabung menyala
Emh… mungkin yang membaca tulis ini akan berujar : “ealah… cah cilik usah sok-sok-an mau merubah bangsa”. Aku-pun sering berpikir demikian soalnya. Berasa tak berguna jika memikirkan itu. Namun, kadang kepala gila ini menjawab : “persetan dengan apa komentarmu, karena yakin-ku akan membeli celotehmu suatu saat nanti”.
Sebentar, kopiku habis, ku-buat kopi dahulu untuk bisa melanjutkan tulisan ini
Oke lanjut >
Di atas hanya sebuah kegilaan yang ada dikepalaku hari ini, sebuah aforisme yang ku tulis di minggu kelabu tanpa kekasih ditengah petir dan hujan yang lumayan menemani dalam kesendirianku bersama kepala gila di sekre organisasi mahasiswaku
Teringat, dimalam sebelumnya. Aku berdiskusi lumayan panjang dampai pukul 03.30 dinihari bersama seorang kawan sembari menghisap rokok hasil patungan dengan kawanku
Siapa yang bilang indonesia itu tertindas dan miskin? Ucap kawanku
Dia melanjutkan : kau tau kan zen, bahwa bangsa ini dirampas emasnya, minyak-nya, dan banyak sumberdaya alamnya. Namun, bangsa ini masih berdiri. Lalu, sebelum perampasan itu, dahulu kita sudah dirampas selama 350 tahun, dan nyatanya sumberdaya alam kita masih sampai hari ini
Aku termenung : “duh benar juga, apakah sekaya itu si indonesia? Ratusan tahun dirampok namun kita masih bisa berdiri”
Kawanku melanjutkan : “Kerennya bangsa ini adalah, sebanyak apapun kita dirampok. Kita tetap iklas dan bisa memaafkan. Hanya bangsa ini yang memiliki ke-arifan lokal yang surgawi seperti itu. Bangsa ini memang memiliki kearifan yang luar biasa, hanya orang yang tidak tahu saja yang malah menginginkan bangsa ini menjadi kebarat-baratan. Harusnya kearifan itu mampu untuk diri ini berbangga dan berujar, INDONESIA KEREN BOS”
Lanjut kawanku : anehnya itu, bangsa ini suka beribet-ribet dalam menjalani hidup. Misalnya : kita itu bangsa yang memiliki udara yang sejuk, tetapi kalau bikin rumah kenapa harus dibuat sangat tertutup dan setelah itu dikasih AC, padahal bikin saja rumah yang banyak jendela maka akan sejuk. Beda dengan di barat, jika musim panas maka AC adalah kebutuhan, jika musim dingin maka penghangat ruangan adalah kebutuhan. Mereka memasang itu karena kebutuhan, lah kita, memasang itu untuk merepotkan diri saja (repot nyari uang-nya untuk membeli)
Kawanku masih nyerocos : ini lebih unik lagi zen, hanya di bangsa ini pengangguran bisa damai. Anak jalanan dan orang-orang pinggiran bisa hidup dengan tenang, beda jika di negara barat, jika musim dingin kamu jadi anak jalanan disana, maka tamat-lah kau..
Nyerocosnya tambah panjang : untuk hidup di negeri ini, cukup-lah kau lempar batang ketela ke belakang rumah maka kamu akan bisa makan seterusnya. Beda dengan di barat, tumbuhan tak semudah itu akan tumbuh. Makanya tidak usah repot-repot pakai pupuk dan metode yang njlimet untuk menanam, tanah kita subur, jangan mau di bodohi dengan metode bertanam dari barat yang ribet. Pupuk kimia itu yang membodohimu untuk merusak tanah. Tanam maka kau akan panen di tanah surga ini
“Mas, kopinya habis. Aku bikinin dahulu..” alasanku untuk bisa berhenti sejenak dalam mendengar cerocosnya yang tak berlampu merah itu
Kopi jadi, kawanku langsung menyambung lidahnya : “itu baru sebagian kecilnya saja zen. tuhan begitu menganugerakan banyak hal untuk negeri ini. Lalu : nikmat tuhan mana lagi yang akan kau dustakan? Tanah yang subur, sumberdaya alam yang banyak, luas tanah yang luar biasa, laut yang luas, aneka ragam suku dan agama yang bisa bersanding bersama, dan keindahan alam tropis yang sedap untuk di pandang”
Masih temanku : “Banyangkan jika kamu di negeri empat musim. Kamu akan sibuk untuk mencari makan, karena makanan tak semudah itu untuk di tanam, dinginnya musim dingin akan membunuhmu jika kau tak siap, begitupun panasnya. Di bangsa ini? Bersantai pun dalam menjalani hidup maka tanah dan laut cukup untuk menghidupimu”
Masih temanku : “Lalu, masihkah kamu menganggap negeri ini tak cukup kaya dan mendapatkan banyak anugerah dari tuhan? Perahnnya itu, yang mengurus negara yang kayaknya bercanda jadi seperti ini”
Ini masih temanku : “Hanya orang yang tak mengenal tuhan dan tak berterimakasih yang tak mencintai negeri ini”
Masih juga temanku ncerocos : “Lantas, jika manusia sudah mencintai bangsa ini, maka bentuk sukur yang paling besar adalah dengan mengembangkan apa yang diberikan oleh tuhan untuk kemanusiaan. Hanya yang terkutuk-lah yang memanfaatkan bangsa, dan hanya orang gila yang lebih melihat negera lain lebih baik”
Temanku menutup : “Negeriku kaya bos, Aku keren jadi putra bangsa”